Nepotiz – Beberapa waktu lalu, otoritas kesehatan di Inggris mengonfirmasi adanya kasus penularan influenza aviaria atau flu burung pada manusia. Kasus ini melibatkan seorang peternak yang terinfeksi setelah berinteraksi dengan sejumlah besar ayam yang terjangkit virus H5N1 di sebuah peternakan.
Walaupun kejadian ini relatif jarang, penemuan ini kembali mengingatkan kita akan potensi bahaya dari virus yang selama ini menjadi perhatian besar di kalangan para ahli kesehatan global.
Penyakit ini dilaporkan oleh UK Health and Security Agency (UKHSA), yang menjelaskan bahwa individu yang terinfeksi berasal dari kawasan West Midlands, Inggris.
Identitas lengkapnya tidak diungkapkan, namun peternak tersebut diketahui memiliki kontak dekat dengan ayam yang terinfeksi.
Penularan dari burung ke manusia, meski jarang terjadi, tetap menjadi ancaman yang harus diwaspadai.
Dalam kasus ini, virus yang teridentifikasi adalah H5N1, yang sama dengan strain yang menyebabkan wabah besar influenza aviaria di seluruh dunia pada tahun 2023.
Penyebaran influenza aviaria pada manusia sangat jarang, dan pihak berwenang Inggris memastikan bahwa penularan antar manusia belum terbukti terjadi.
Sebagai langkah pencegahan, seluruh orang yang pernah berhubungan langsung dengan kasus ini sudah dilacak dan diberi pengobatan antivirus untuk mengurangi kemungkinan infeksi lebih lanjut.
Meski demikian, otoritas kesehatan menyatakan bahwa risiko penularan kepada masyarakat umum tetap sangat rendah.
Karakteristik Virus H5N1 dan Penyebarannya
Virus influenza aviaria H5N1 merupakan salah satu strain yang paling sering dikaitkan dengan wabah besar pada unggas.
Virus ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi berbagai spesies burung, termasuk ayam dan bebek, yang sering menjadi perantara dalam penularannya ke manusia.
Namun, meskipun ada potensi penularan, kasus infeksi manusia tetap jarang terjadi dan kebanyakan terbatas pada mereka yang bekerja langsung dengan unggas, seperti peternak atau pekerja di peternakan ayam.
Tahun 2023 menjadi titik penting dalam sejarah epidemi influenza aviaria, dengan jumlah kasus yang jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Para ahli memperkirakan bahwa mutasi virus dan perubahan pola migrasi unggas yang terinfeksi menjadi faktor utama yang menyebabkan meningkatnya frekuensi wabah.
Sejauh ini, meskipun virus ini telah meluas, belum ada bukti yang menunjukkan adanya penularan dari manusia ke manusia secara luas.