Nepotiz – Kehamilan kembar semakin sering terjadi seiring dengan meningkatnya usia ibu dan penggunaan teknologi reproduksi berbantuan. Fenomena ini, yang kini terjadi pada sekitar 1-2% dari total kehamilan di Eropa, membawa tantangan tersendiri bagi ibu dan janin.
Berikut ini informasi lengkap mengenai segala hal yang perlu diketahui oleh para calon ibu yang mengandung lebih dari satu bayi, mulai dari jenis kehamilan kembar, kontrol kesehatan yang perlu dilakukan, hingga pertimbangan dalam memilih jenis persalinan.
Apa Itu Kehamilan Kembar?
Kehamilan kembar adalah kehamilan yang melibatkan dua atau lebih janin dalam satu kandungan. Kehamilan jenis ini dapat terjadi dalam beberapa varian yang berbeda, yang masing-masing memiliki tingkat risiko dan pendekatan medis yang spesifik. Beberapa jenis kehamilan kembar yang perlu diketahui adalah:
1. Kehamilan Kembar Monozigotik
Kehamilan monozigotik terjadi ketika satu sel telur dibuahi oleh satu sperma dan kemudian membelah menjadi dua embrio. Jika kedua janin berbagi satu plasenta, ini disebut sebagai kehamilan monokorial. Kehamilan ini memiliki dua kemungkinan lebih lanjut:
- Biamniotik: Masing-masing janin memiliki kantung amnion terpisah.
- Monoamniotik: Kedua janin berbagi satu kantung amnion, yang meningkatkan risiko terkait komplikasi tali pusar.
2. Kehamilan Kembar Dizigotik
Pada kehamilan dizigotik, dua sel telur terpisah dibuahi oleh dua sperma yang berbeda. Setiap janin dalam kehamilan ini memiliki plasenta, kantung amnion, dan korion masing-masing, sehingga disebut bicorial dan biamniotik. Kehamilan dizigotik ini adalah jenis kehamilan kembar yang paling umum ditemukan.
Pemeriksaan dan Kontrol Kesehatan yang Diperlukan
Kehamilan kembar memerlukan perhatian medis yang lebih intensif dibandingkan kehamilan tunggal. Karena potensi komplikasi yang lebih besar, kontrol medis harus dilakukan lebih sering.
1. Pemeriksaan Usia Kehamilan Awal
Untuk mendeteksi apakah ibu hamil membawa lebih dari satu janin, pemeriksaan ultrasonografi pada minggu ke-6 kehamilan akan memberikan konfirmasi mengenai jumlah janin yang ada serta jenis plasenta yang dimiliki. Pemeriksaan ini juga berfungsi untuk mendeteksi komplikasi sejak dini.
2. Kontrol Rutin
Ibu hamil dengan kehamilan kembar harus menjalani pemeriksaan lebih sering, terutama pada kehamilan monokorial. Pada kehamilan bicorial, pemeriksaan umumnya dilakukan sebulan sekali, sedangkan pada kehamilan monokorial, pemeriksaan dilakukan lebih intensif, yakni setiap dua minggu mulai usia 16 minggu.
3. Pemeriksaan Spesifik
Beberapa pemeriksaan penting yang dilakukan selama kehamilan kembar antara lain:
- Cervicometria (Pengukuran Panjang Leher Rahim): Untuk mendeteksi risiko persalinan prematur, terutama jika ada penurunan panjang leher rahim.
- Ultrasonografi Transvaginal: Menggunakan teknik ini, dokter dapat mengukur panjang leher rahim dengan lebih akurat.
Jika ada indikasi risiko persalinan prematur, seperti penurunan panjang leher rahim, terapi progesteron atau prosedur seperti pessary atau cerclage bisa dipertimbangkan untuk menanggulangi kontraksi dini.
Kebutuhan Nutrisi Selama Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar memerlukan kebutuhan nutrisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Beberapa komponen gizi yang harus diperhatikan ibu hamil kembar meliputi:
1. Peningkatan Kalori dan Mikronutrien
Ibu hamil kembar memerlukan tambahan kalori yang lebih banyak. Penting untuk memastikan asupan zat gizi yang mencakup:
- Zat Besi: Untuk mencegah anemia, karena ibu hamil kembar memiliki risiko lebih besar mengalami kekurangan zat besi.
- Asam Folat: Untuk mendukung perkembangan sistem saraf janin dan mencegah cacat tabung saraf.
- Yodium, Vitamin D, dan Omega-3: Nutrisi ini sangat penting untuk perkembangan otak janin. Jika ibu tidak mengonsumsi ikan secara teratur, suplemen omega-3 bisa dipertimbangkan.
2. Peningkatan Berat Badan yang Sehat
Berdasarkan pedoman dari Crea (Pusat Riset Gizi dan Nutrisi Italia), ibu hamil kembar disarankan untuk menambah berat badan sekitar 16 hingga 20,5 kg selama kehamilan. Peningkatan berat badan ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dua janin sekaligus.
Jenis Persalinan untuk Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar dapat mempengaruhi pilihan metode persalinan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan adalah posisi janin, kondisi ibu, dan jenis kehamilan kembar itu sendiri.
1. Persalinan Normal
Persalinan pervaginam masih bisa dilakukan pada kehamilan kembar apabila kondisi pertama janin memungkinkan. Janin pertama harus berada dalam posisi kepala di bawah (posisi cefalika) untuk memastikan persalinan berjalan lancar. Namun, jika ada masalah seperti posisi sungsang atau kondisi medis tertentu, maka dokter akan merekomendasikan persalinan sesar.
2. Persalinan Sesar
Pada kehamilan monokorial monoamniotik, persalinan melalui sesar hampir selalu diperlukan untuk mencegah komplikasi seperti terjeratnya tali pusar. Begitu juga pada kehamilan monokorial yang lebih berisiko tinggi.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Kehamilan kembar membawa risiko tertentu yang tidak ditemui pada kehamilan tunggal. Beberapa komplikasi yang dapat muncul meliputi:
1. Persalinan Prematur
Kehamilan kembar sering berakhir lebih awal dibandingkan kehamilan tunggal. Risiko persalinan prematur meningkat, terutama pada kehamilan monokorial dan monoamniotik, di mana persalinan sering dilakukan antara usia kehamilan 32 hingga 34 minggu.
2. Syndrome Transfusi Feto-Fetal
Ini adalah kondisi di mana satu janin (donor) kehilangan darah yang mengalir ke janin lainnya (penerima). Jika tidak ditangani, ini dapat mengancam kehidupan kedua janin.
3. Masalah Plasenta
Pada kehamilan kembar, plasenta bisa tidak bekerja dengan optimal, mengakibatkan kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi ke janin, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan janin. Kehamilan monokorial lebih rentan terhadap masalah ini.
4. Komplikasi Pada Ibu
Ibu hamil dengan kehamilan kembar berisiko mengalami masalah seperti hipertensi, diabetes gestasional, dan anemia. Dengan adanya dua plasenta, tubuh ibu juga harus memproses lebih banyak darah dan nutrisi.
Persiapan Pasca Persalinan
Setelah melahirkan dua atau lebih bayi, rahim ibu akan membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke ukuran semula. Persalinan kembar juga meningkatkan risiko komplikasi pasca persalinan seperti atonia rahim (kegagalan rahim untuk berkontraksi setelah melahirkan), yang dapat menyebabkan perdarahan. Untuk mencegah hal ini, obat-obatan seperti oksitosin sering kali diberikan untuk membantu kontraksi rahim.
Akhir Kata
Kehamilan kembar membawa tantangan tersendiri baik bagi ibu maupun janin. Dengan pemantauan medis yang tepat dan penanganan yang hati-hati, sebagian besar komplikasi dapat dicegah atau dikelola dengan baik. Pemeriksaan rutin, pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan persiapan matang untuk persalinan menjadi kunci utama untuk memastikan kesehatan ibu dan kedua bayi yang dikandung.
Adalah penting untuk selalu mengikuti petunjuk medis dan berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi kehamilan kembar yang unik.