Nepotiz – Penggabungan antara produsen otomotif Jepang Nissan, Honda, dan Mitsubishi berpotensi mengubah lanskap industri otomotif tidak hanya di Jepang, tetapi juga di tingkat global.
Namun, mantan pemimpin aliansi Nissan-Renault, Carlos Ghosn, mengemukakan pandangan kritisnya terkait kemungkinan ini.
Pada beberapa hari sebelum natal, Honda dan Nissan mengumumkan rencana untuk menjajaki penggabungan ke dalam satu konglomerat.
Jika ini terwujud, entitas baru ini akan menjadi salah satu pemain terbesar di industri otomotif global, berpotensi menjadi produsen mobil terbesar ketiga dunia berdasarkan volume penjualan, setelah Toyota dan Volkswagen Group.
Honda, dengan kapitalisasi pasar yang hampir empat kali lipat lebih besar dibandingkan Nissan, diperkirakan akan memegang kendali dalam struktur kepemimpinan perusahaan hasil penggabungan ini.
Carlos Ghosn: Nissan dalam Situasi Kritis
Carlos Ghosn, yang dikenal sebagai tokoh penting di balik aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa rencana ini lebih merupakan “korporasi darurat” daripada kemitraan strategis sejati.
Ghosn menyebutkan bahwa Nissan berada dalam situasi panik dan mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah internal yang telah lama terjadi.
Menurut Ghosn, penggabungan ini akan memberikan dominasi kepada Honda, sementara Nissan menjadi pihak yang paling dirugikan.
“Tidak ada komplementaritas nyata di antara kedua perusahaan ini, sehingga sinergi hanya akan tercapai melalui pemangkasan biaya, yang biasanya merugikan pihak yang lebih kecil,” kata Ghosn.
Tantangan Restrukturisasi Nissan
Restrukturisasi internal Nissan menjadi salah satu faktor penting dalam konteks ini.
Pada November lalu, Nissan mengumumkan rencana pengurangan 9.000 pekerjaan dan pengurangan kapasitas produksi global hingga 20%.
Meskipun langkah ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, Ghosn meragukan efektivitas strategi ini dalam jangka panjang.
Honda, di sisi lain, menekankan bahwa penggabungan ini tidak akan terjadi hingga kedua perusahaan dapat membuktikan keberlanjutan operasional mereka secara mandiri.
Dampak Merger Nissan Honda pada Industri Otomotif Jepang dan Global
Jika penggabungan ini terwujud, dampaknya akan terasa di berbagai aspek:
1. Dominasi di Pasar Global
Honda sebagai pemimpin perusahaan baru berpotensi meningkatkan daya saing entitas gabungan ini, terutama dalam menghadapi tantangan teknologi seperti elektrifikasi dan kendaraan otonom.
2. Efisiensi Biaya Produksi
Pengurangan biaya operasional melalui integrasi dapat meningkatkan profitabilitas, tetapi berisiko merugikan tenaga kerja, terutama di Nissan.
3. Perubahan Struktur Kompetitif
Di Jepang, penggabungan ini akan memperketat kompetisi dengan Toyota. Secara global, hal ini dapat memengaruhi posisi pemain besar lain seperti General Motors dan Ford.
Rencana penggabungan antara Nissan, Honda, dan Mitsubishi membuka peluang besar sekaligus tantangan kompleks. Sementara entitas gabungan ini memiliki potensi untuk menjadi kekuatan besar di industri otomotif global, ada kekhawatiran serius terkait dampaknya pada Nissan dan tenaga kerjanya.
Keberhasilan penggabungan ini akan sangat bergantung pada strategi integrasi dan manajemen yang diterapkan.